Rabu, 22 Februari 2012

mm..nglaMun

Seorang murid berkata kepada sang guru spiritual, “Aku ingin mencapai pengenalan Diri yang paling hakiki. Tolong, Guru, tunjukkan padaku jalan menuju moksa—kebebasan.”

“Kau harus tinggal bersamaku selama beberapa waktu dan mengikuti instruksiku, maka kau akan memperoleh pencerahan,” jawab sang guru.

“Sekarang zaman jet, era komputer, kenapa Guru tidak berikan saja pencerahan itu sekarang juga?”

“Mari kita saling mengenal lebih dulu. Aku akan datang ke rumahmu dan makan malam bersamamu.”

Malam itu mereka duduk di meja makan dan sang guru mengulurkan mangkuk sedekahnya untuk diisi makanan. Sang murid melihat mangkuk itu penuh kerak, sisa makanan sebelumnya, maka ia ingin mencucinya.

“Aku kelaparan. Jadi, lupakan saja mencuci mangkuk itu, dan cepat beri aku makanan,” sang guru bersikeras.

“Jika ditaruh di mangkuk yang kotor, makanan itu akan hilang kelezatannya,” sergah sang murid.

Dengan tenang sang guru menyahut, “Jika makanan ini tak dapat dihidangkan sebelum mangkuk ini bersih, bagaimana aku bisa meletakkan pencerahan—makanan pengetahuan—ke dalam pikiranmu yang tidak murni? Pertama-tama murnikan pikiranmu dengan mempraktikkan keheningan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar